Senin, 09 Mei 2011

Rumah Bung Karno Memprihatinkan



Kondisi rumah pengasingan Proklamator sekaligus Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno (Bung Karno), di Kota Bengkulu memprihatinkan. Kusen rumah itu sudah banyak yang lapuk, dan jika hujan turun atap di beberapa titik bocor.

Juru pelihara rumah tempat Bung Karno diasingkan, Sugrahanudin, hari Minggu (8/5), mengatakan, di rumah itu ada tiga titik yang bocor, yakni ruang tidur tamu, bekas ruang tidur Soekarno, dan lorong rumah. "Kalau hujan, tempat tidur yang dulu pernah dipakai Bung Karno saya geser agar tidak kena air yang bocor. Setelah reda saya kembalikan ke posisi semula," tuturya.

Selain bocor, kusen rumah banyak yang sudah lapuk. Terdpat sekitar 15 potong kusen berukuran 1,5 meter dan lima potong kusen ukuran empat meter yang lapuk. Bahkan atap di sisi kanan rumah ditopang sebuah kayu sepanjang sekitar tiga meter, karena nyaris ambruk akibat gempa tahun 2000. Satu kusen panjang penopang langit-langit di ruang tidur Ratna Djuami (anak angkat Inggit Ganarsih, istri Bung karno), pun terlihat nyaris patah.Langit-langit tamu yang terbuat dari kayu pun, terlihat melengkung.

Khawatir ambruk, Sugrahanudin berinisiatif mengikat langit-langit itu ke balok penyangga di atap rumah. "Kalau kusennya banyak yang keropos terus bocor-bocor begini saya sih takutnya rumahnya ambruk," ujarnya.

Gempa juga telah menyebabkan tembok rumah retak dan sebagian besar lampu halaman pecah. Lampu yang masih tersisa pun tidak menyala. Di malam hari halaman rumah bersejarah yang kini jadi obyek wisata andalan itu pun gelap gulita.

Rumah pengasingan yang berada di kawasan Anggut Atas, Kota Bengkulu, itu pernah ditempati Soekarno tahun 1938-1942 bersama istrinya, Inggit Garnasih dan anak angkatnya Ratna Djuami, setelah mereka dibuang ke Flores.

Di rumah itu pula Soekarno untuk pertama kalinya bertemu dengan Fatmawati, gadis belia putri tokoh Muhammadiyah Bengkulu, Hassan Din, yang kelak dinikahinya. Sebelum dipersunting Soekarno, Fatmawati ikut menumpang di rumah pengasingan tersebut bersama keluarga Soekarno.

Sugrahanudin mengakui, dana pemeliharaan rumah pengasingan bung Karno sangat minim. Kebutuhan untuk kebersihan rumah dan halamannya, disisihkan dari retribusi pengunjung yang harus disetor ke Pemerintah Provinsi Bengkulu sebagai pendapatan daerah.

Target beli tangga
"Sekarang kami menargetkan bisa membeli tangga yang tingginya tiga meter agar mudah membersihkan tembok rumah yang tinggi, kata Sugrahanudin.

Salah seorang pengunjung, Tuti Efendi, menyatakan kasihan melihat kondisi rumah  pengasingan Bung Karno di Bengkulu yang kini jadi obyek wisata sejarah itu.

"Rumah kecil ukuran 9 meter x 18 meter ini memiliki nilai sejarah yang tinggi. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan situs-situs sejarah yang ada. Jangan hanya menarik retribusi saja," kata Tuti.

Sugrahanudin sudah menyampaikan kondisi rumah tersebut beserta fotonya ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi. Namun sampai sekarang belum ada tanggapan.


sumber : kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Senin, 09 Mei 2011

Rumah Bung Karno Memprihatinkan



Kondisi rumah pengasingan Proklamator sekaligus Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno (Bung Karno), di Kota Bengkulu memprihatinkan. Kusen rumah itu sudah banyak yang lapuk, dan jika hujan turun atap di beberapa titik bocor.

Juru pelihara rumah tempat Bung Karno diasingkan, Sugrahanudin, hari Minggu (8/5), mengatakan, di rumah itu ada tiga titik yang bocor, yakni ruang tidur tamu, bekas ruang tidur Soekarno, dan lorong rumah. "Kalau hujan, tempat tidur yang dulu pernah dipakai Bung Karno saya geser agar tidak kena air yang bocor. Setelah reda saya kembalikan ke posisi semula," tuturya.

Selain bocor, kusen rumah banyak yang sudah lapuk. Terdpat sekitar 15 potong kusen berukuran 1,5 meter dan lima potong kusen ukuran empat meter yang lapuk. Bahkan atap di sisi kanan rumah ditopang sebuah kayu sepanjang sekitar tiga meter, karena nyaris ambruk akibat gempa tahun 2000. Satu kusen panjang penopang langit-langit di ruang tidur Ratna Djuami (anak angkat Inggit Ganarsih, istri Bung karno), pun terlihat nyaris patah.Langit-langit tamu yang terbuat dari kayu pun, terlihat melengkung.

Khawatir ambruk, Sugrahanudin berinisiatif mengikat langit-langit itu ke balok penyangga di atap rumah. "Kalau kusennya banyak yang keropos terus bocor-bocor begini saya sih takutnya rumahnya ambruk," ujarnya.

Gempa juga telah menyebabkan tembok rumah retak dan sebagian besar lampu halaman pecah. Lampu yang masih tersisa pun tidak menyala. Di malam hari halaman rumah bersejarah yang kini jadi obyek wisata andalan itu pun gelap gulita.

Rumah pengasingan yang berada di kawasan Anggut Atas, Kota Bengkulu, itu pernah ditempati Soekarno tahun 1938-1942 bersama istrinya, Inggit Garnasih dan anak angkatnya Ratna Djuami, setelah mereka dibuang ke Flores.

Di rumah itu pula Soekarno untuk pertama kalinya bertemu dengan Fatmawati, gadis belia putri tokoh Muhammadiyah Bengkulu, Hassan Din, yang kelak dinikahinya. Sebelum dipersunting Soekarno, Fatmawati ikut menumpang di rumah pengasingan tersebut bersama keluarga Soekarno.

Sugrahanudin mengakui, dana pemeliharaan rumah pengasingan bung Karno sangat minim. Kebutuhan untuk kebersihan rumah dan halamannya, disisihkan dari retribusi pengunjung yang harus disetor ke Pemerintah Provinsi Bengkulu sebagai pendapatan daerah.

Target beli tangga
"Sekarang kami menargetkan bisa membeli tangga yang tingginya tiga meter agar mudah membersihkan tembok rumah yang tinggi, kata Sugrahanudin.

Salah seorang pengunjung, Tuti Efendi, menyatakan kasihan melihat kondisi rumah  pengasingan Bung Karno di Bengkulu yang kini jadi obyek wisata sejarah itu.

"Rumah kecil ukuran 9 meter x 18 meter ini memiliki nilai sejarah yang tinggi. Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan situs-situs sejarah yang ada. Jangan hanya menarik retribusi saja," kata Tuti.

Sugrahanudin sudah menyampaikan kondisi rumah tersebut beserta fotonya ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jambi. Namun sampai sekarang belum ada tanggapan.


sumber : kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar